Pengurus KONI Sultra Dinilai Tidak Mampu Mengurus Kontingen PON

Olahraga441 Dilihat

Pengurus KONI Sultra Dinilai Tidak
Mampu Mengurus Kontingen PON

Sorotan demi sorotan terus mengarah kepada pengurus Komite Olahraga Nasinal Indonesia (KONI) Sultra. Apalagi menjelang pelaksanaan ajang multi-iven Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI, Aceh-Sumut yang menyisakan waktu kurang dari dua pekan lagi. Amburadulnya persiapan mulai dari tidak maksimalnya tahapan Training Centre (TC), try-out, hingga proporsi anggaran antara kontingen dan KONI yang dinilai tidak proporsional.

Terbaru datang dari cabang softball, salah satu cabang yang diharapkan dapat meraih medali emas di ajang PON mendatang. Cabang softbal sendiri saat ini sudah berada di provinsi Aceh setelah bertolak dari Kendari, Rabu (21/8) lalu. Ironisnya, kontingen berkekuatan 40 orang atlet, pelatih dan offcial tersebut dibiayai hanya sampai Banda Aceh. Padahal cabang softball akan menggelar pertandingan di Meulaboh.

Terpaksa biaya dari Banda Aceh menuju Meulaboh ditalangi pihak Perbasasi Sultra. Bukan hanya itu, biaya konsumsi, akomodasi dan peralatan sampai uang saku atlet dan pelatih juga tidak jelas. Padahal, anggaran Rp 11 Milyar sudah digelontorkan pihak Pemprov Sultra untuk kepentingan PON tahun ini.

Ketua Perbasasi Sultra, Pahri Yamsul yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Menurut dia, cabang softball akan bertanding mulai 1 September. Sehingga memang dibuuthkan penyesuaian dan aklimatisasi di daerah tersebut yaitu Meulaboh. Parahnya, mereka harus menanggung sendiri pembiayaan mulai dari Aceh sampai Meulaboh hingga akomodasi dan konsumsi.

‘’Cabang softball akan bertanding lebih awal, maka kami juga berangkat lebih awal. Selain untuk pengenalan lapangan, penyesuaian, termasuk aklimatisasi atlet dengan kondisi cuaca disana. Apalagi ini olahraga beregu sehingga harus lebih intensif lagi latihannya,’’ kata Ketua Pengprov Perbasasi Sultra, Pahri Yamsul.

Pahri Yamsul, juga sangat menyayangkan sikap yang ditunjukkan pengurus KONI Sultra yang tidak mau tahu dengan kondisi ini. Padahal para atlet berangkat untuk berjuang mengharumkan nama daerah di level nasional, tetapi sama sekali tidak dihargai.

‘’Saya juga tidak tahu pasti berapa besaran uang saku atlet dan pelatih serta berapa hari yang akan ditanggung oleh KONI. Pertanyaannya kenapa dana yang sudah dicairkan pemerintah dan diperuntukkan bagi atlet tidak disalurkan. Ini ada permainan apa di internal KONI,’’ kata Pahri dengan nada kesal.

‘’Saya malah menduga, mereka tidak punya kapasitas untuk mengurus kotingen sebesar ini. Memang ada pengurus yang tidak ketahuan apakah pernah mengurus olahraga atau tidak. Tiba-tiba jadi pengurus inti di KONI. Hasilnya yah begini ini, kalau orang tidak punya kompetensi diberikan tanggungjawab mengurus kontingen,’’ kata Pahri Yamsul.

Sebagai catatan, cabang softball pada PON XIX tahun 2016 di Jawa Barat berhasil mencatatkan sejarah dengan meraih medali emas di nomor putera. Sedangkan pada PON XX di Papua giliran tim puteri yang menyabet medali perak. Sementara pada PON XXI ini, Pahri enggan berspekulasi tentang target medali, karena melihat persiapan dan perhatian yang diberikan KONI Sultra juga ala kadarnya.

Ketua Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) KONI Sultra, Sarjono, S.Sos.,M.Si yang dimintai komentarnya sedari kemarin, enggan merespon.(has)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *