Softball Selamatkan Muka Sultra dari Nir Emas di PON XXI

Olahraga249 Dilihat

Softball Selamatkan Muka Sultra dari Nir Emas di PON XXI

Saya merasa Speechless mau mengomentari pencapaian buruk kontingen Sulawesi Tenggara dalam ajang multi-iven Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumatera Utara yang baru ditutup Jumat malam (20/9) silam. Meskipun di awal saya memang sudah pesimis, namun tidak seburuk ini juga perkiraan saya. Saya masih bisa berharap, cabang-cabang seperti dayung dan softball akan tetap menjadi penyumbang emas. Plus beberapa cabang bela diri yang kerapkali menciptakan kejutan. Tetapi sampai hari penutupan, harapan itu sirna.

Bersyukur dan berterima kasihlah kepada cabang softball khususnya puteri yang menjadi satu-satunya penyumbang medali emas untuk Sultra. Bisa dibayangkan, jika softball puteri juga gagal mempersembahkan emas? Sultra akan pulang dengan menanggung malu. Hanya berada di atas provinsi-provinsi pemekeran selain Bengkulu. Di bawah kita hanya ada Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Selatan. Sungguh memalukan dan memilukan.

Terakhir Sultra pulang dengan 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pengalaman tahun 1973 (51) tahun silam terulang. Sultra hanya mampu mengantongi 1 medali emas. Setelah itu, PON IX tahun 1977 tanpa medali dan PON X tahun 1981 di Jakarta dengan 1 perunggu. Setelahnya, Sultra tidak pernah lagi absen membawa pulang emas. Puncaknya pada PON XIII tahun 1993 ketika Sultra meraih 11 medali emas, 4 perak dan 4 perunggu untuk menduduki peringkat ke-11 di klasemen akhir perolehan medali.

Awalnya saya begitu bersemangat ketika tahu ada 29 cabang olahraga yang lolos dengan 130 atlet. Di angan-angan saya, dengan kekuatan seperti ini paling tidak, 15 medali emas bisa diraih. Dengan hitungan orang awam seperti saya ini, dayung bisa menyumbang 4 emas (berdasar prestasi dayung yang sejak PON XII tahun 1989 sampai PON XX tahun 2021 di Papua, terus menyumbang emas untuk Sultra).

Saya tidak faham apa yang terjadi dengan cabang dayung. Kenapa sampai prestasi cabang olahraga yang selama ini kita banggakan, tidak mampu meraih satupun medali emas. Kenapa cabang yang sudah banyak menyumbang atlet ke Tim Nasional, tak mampu berbuat maksimal di Aceh? Beberapa kali saya coba menanyakan ke rekan-rekan pengurus dayung Sultra, namun merekapun enggan berkomentar).

Kemudian target lain adalah cabang softball 1 emas. 10 medali emas lainnya bisa kita harapkan dari 27 cabang olahraga lainnya. Itulah kira-kira yang ada dalam fikiran saya, yang awam tentang olahraga ini.

Makanya saya begitu terkejut ketika Ketua Umum KONI Sultra pada ajang Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) hanya menargetkan 5 medali emas. Ini target rendah pikir saya. Ternyata, target rendahpun tidak kesampaian atau saya yang terlalu tinggi berangan-angan? Hehehehe….Entahlah.

Lalu dimana masalahnya sehingga kondisi ini terjadi? Saya tidak dalam kapasitas untuk menjastifkasi, siapa yang harus disalahkan dan dikambing hitamkan dalam hal ini. Yang tahu pasti adalah anda semua para pemangku kepentingan olahraga Sultra. Para pengurus Pengprov Cabang Olahraga dan KONI Sultra serta KONI Kabupaten/Kota seharusnyalah duduk bersama melakukan evaluasi serta, mencari solusi agar kejadian memalukan dan memilukan ini tidak terulang lagi pada PON empat tahun mendatang.

Termasuk juga tentunya pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Ini harusnya menjadi perhatian serius. Sayang memang, para kepala daerah masih belum menganggap pembinaan olahraga sebagai salah satu yang harus diperhatikan. Padahal, ketika atlet berprestasi, merekalah yang akan tampil pertamakali dan paling di depan.

Mumpung sekarang ini lagi musim-musim kampanye calon kepala daerah, olahraga harusnya punya nilai tawar kepada mereka para calon. Adakah yang mngusung pembinaan olahraga sebagai visi-misinya. Kalau ada, dukung dan pilihlah mereka. Siapa tahu dia terpilih, olahraga di Sultra benar-benar menjadi perhatian.(hasanuddin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *