Minim Fasilitas Latihan, SKO Sultra Belum
Mampu Lahirkan Atlet Berprestasi Nasional
Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) Sultra yang berdiri sejak tahun 2008 silam di kecamatan Ranomeeto diharapkan menjadi kawah candradimuka dalam melahirkan atlet-atlet handal yang akan mengharumkan nama Sultra di level nasional.
Betapa tidak, sekolah tersebut kini mendidik tak kurang dari 192 siswa berbakat dari lima cabang olahraga yaitu Pencak Silat, Dayung, Karate, Sepak Takraw dan Atletik. Namun sayang, ternyata Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Keberbakatan tersebut masih jauh panggang dari api.
Masalah tersebut diakui kepala SMAN Keberbakatan Olahraga (SKO) Sultra, Sujarwin S.Ag ketika berbincang dengan jurnalis sultraindependen.com Senin (11/11).
Menurut dia, banyak hal yang jadi penyebab sehingga SKO ini belum mampu melahirkan atlet handal berlevel nasional. Mulai dari penerimaan siswa baru, minimnya fasilitas latihan, kurangnya iven yang diikuti serta berbagai hal yang melingkupi SKO tersebut.
‘’Syarat yang kita pasang dalam penerimaan siswa baru antara lain, harus memiliki bakat dan prestasi pada salah satu cabang olahraga yang ada di SKO ini. Prestasi dimaksud adalah, minimal pernah meraih juara ketiga iven olahraga di daerah asalnya. Karena ini kan sudah usia 15 dan 16 tahun, sehingga tidak bisa lagi dari nol. Harus sudah setengah jadi,’’ kata Sujarwin.
Namun kenyataan di lapangan sangat ironis. Karena ada beberapa siswa yang masuk tidak punya bakat apa-apa apalagi prestasi apa-apa. Hanya berbekal sertifikat dan rekomendasi abal-abal, sehingga sampai disini tidak bisa berbuat apa-apa.
‘’Sehingga ketika masuk di sekolah ini ada yang baru mau belajar pegang dayung. Ada juga yang baru mau belajar dasar-dasar beladiri dan semacamnya. Bagaimana kita mau cetak atlet berprestasi kalau usia SMAN baru mau mulai dari nol,’’ kata Sujarwin lagi.
Selain itu, fasilitas latihan juga dianggap sangat minim. ‘’Bayangkan cabang dayung hanya memiliki sebuah perahu rowing. Padahal ada 60 orang siswa kami yang berbakat di cabang tersebut. Bagaimana mau maksimal berlatih kalau seperti ini. Itupun hanya perahu rowing. Tidak ada perahu untuk kayak dan kano,’’ lanjutnya.
Dengan kondisi seperti itu, Sujarwin yang menjabat Kepala SKO sejak April 2023 mengaku prihatin. Apalagi tidak sedikit anggaran yang sudah digelontorkan pemerintah untuk membiayai SKO ini.
‘’Untuk konsumsi saja, itu lebih dari Rp 5 milyar pertahun. Belum lagi asrama siswa dan uang saku Rp 300 ribu perbulan untuk setiap siswa. Ini biaya sangat besar, tapi belum mampu melahirkan atlet berprestasi,’’ ujarnya.
Ditambahkan untuk saat ini, SKO Sultra mendidik 192 siswa dengan jumlah tenaga pengajar 20 orang guru serta 11 orang pelatih Cabang Olahraga. Porsi untuk olahraga lebih dominan yaitu 60 persen berbanding 40 persen untuk porsi akademik.
‘’Saya tetap berusaha membenahi segala hal yang menghambat kemajuan sekolah ini. Tetapi terkadang niat baik kita, dinilai salah oleh sebagian orang. Padahal tujuan saya adalah bagaimana SKO ini berperan sesuai tujuan pendiriannya,’’ kata Sujarwin.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam penerimaan siswa baru nantinya adalah menjemput bola. Artinya timnya turun langsung ke daerah-daerah untuk mencari bakat-bakat potensial.
Dia berharap ke depan, pihak pemerintah Sultra dapat memberikan pembinaan kepada SKO ini sehingga bisa lebih banyak menghasilkan atlet berprestasi seperti tujuan pendirian SKO ini. Selain itu, peranan pihak swasta juga diharapkan untuk dapat menjadi bapak angkat dari pembinaan cbang olahraga yang ada.(has)






