Pemprov Sultra Gercep Tindaklanjuti Arahan Mendagri, Soal Penanggulangan TBC

Nasional454 Dilihat

Pemprov Sultra Gercep Tindaklanjuti Arahan
Mendagri, Soal Penanggulangan TBC

Adanya instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian yang meminta Pemerintah Daerah (Pemda) seluruh Indonesia mengendalikan dan menjadikan skala prioritas penanganan TBC di wilayah masing-masing, ketika memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah dirangkai dengan penanggulangan Tuberkolosis (TBC) secara –virtual-, Senin (10/6) langsung direspon Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra.

Pj Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto gerak cepat (Gercep) dan berkolaborasi dengan seluruh pihak terkait menindaklanjuti arahan Mendagri dengan beberapa langkah yang akan dilaksanakan. Langkah tersebut adalah : pertama, Pembentukan koalisi organsisasi TBC di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kedua, memperluas layanan diagnosa dengan ketersediaan mesin test cepat molekuler hingga level Puskesmas. Ketiga, memperluas layanan pengobatan pasien resisten obat di 5 Kabupaten/Kota. Keempat, memaksimalkan dukungan partner konsorsium penabulu dengan mendorong ekspansi ke Kabupaten/Kota. Kelima, Bimtek dalam rangka mendorong Kabupaten/Kota maksimalkan APBD II guna penanganan program TBC. Keenam, mendukung program inovasi untuk dilakukan percontohan bagi Kabupaten/Kota.

’’Intinya, kami akan terus lakukan aksi menindaklanjuti arahan Pak Mendagri dalam hal penanggulangan TBC di Sultra. Terkait enam langkah tindaklanjut akan terus kami laporkan perkembangannya sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas,’’ kata mantan Kapolda Sultra ini.

Menurut Andap, saat ini jumlah kasus TBC di Sultra sebanyak 2.024 pasien. Kasus terbanyak berada di Kota Kendari sebanyak 453 pasien, dan kasus terendah di Kabupaten Konawe Kepulauan sebanyak 21 pasien. Untuk tingkat kesembuhan tertinggi di Kabupaten Buton Tengah sebesar 91 persen, dan terendah di Kabupaten Konawe Utara sebesar 59 persen Sedangkan angka kematian tertinggi di Muna sebesar 10%, dan terendah di Buton Selatan sebesar 2 persen.

’’Saat ini angka kematian akibat TBC di Provinsi Sultra sebesar 6 persen. Kami akan terus berupaya dengan langkah strategis untuk menekan angka di bawah target yakni 5 persen,’’ ujar Andap optimis.

Dirinya juga mengungkapkan beberapa kendala dalam penanggulangan TBC di Sultra yakni faktor SDM, logistik, laboratorium yang memadai, serta program yang belum optimal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes).

Sebelumnya Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus dan kematian tertinggi kedua di dunia penyakit TBC setelah India, perhitungan 1.040.000 kasus dengan kematian 134.000 kasus.

Sejalan dengan data Menko PMK, Menkes Budi Gunadi memaparkan bahwa pada tahun 2022 lalu, diestimasikan 10,6 juta orang menderita penyakit TBC, dimana 1,3 juta diantaranya wafat karna penyakit tersebut.(has)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *